Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Sejarah Prasasti dan Arca Amoghapasa Hadiah dari Bhumi Jawa untuk Bhumi Melayu

Menelusuri.com - Prasasti dan Arca Amoghapasa Merupakan artefak yang sangat istimewa karena merupakan tanda persahabatan atau hubungan baik dari Raja Singhasari kepada Raja Dharmasraya di Sumatera (kerajaan melayu kuno dimasa silam). Arca Amoghapasa ditemukan pada tahun 1911 di hulu sungai Batanghari, kompleks percandian Padangroco, Jorong Sungai Langsat, nagari Siguntur, kecamatan Sitiung (alas arca), kabupaten Dharmasraya, Sumatera Barat.

Sejarah Prasasti dan Arca Amoghapasa

Prasasti dan Arca Amoghapasa memiliki ukuran yaitu tinggi 200 sentimeter, lebar 146 sentimeter, dan lebar 84 sentimeter yang terbuat dari batu andesit. Dalam Prasasti Amoghapasa terdapat 2 Aksara yaitu Aksara Jawa Kuno dan Sumatra Kuno serta terdapat juga 2 Bahasa yaitu Bahasa Jawa Kuno dan Sanskerta.

Arca Amoghapasa adalah patung batu pāduka Amoghapāśa yang merupakan salah satu perwujudan Lokeswara sebagaimana disebut pada prasasti Padang Roco yang terletak pada bagian lapik (alas) arca tersebut.

Patung ini juga merupakan hadiah dari Kertanagara, yaitu raja Singhasari kepada Tribhuwanaraja raja Melayu di Dharmasraya pada tahun 1208 Saka atau 1286 Masehi. Karena di Prasasti Padang Roco terdapat tulisan yang menjelaskan penghadiahan arca ini. Untuk berita pengiriman arca Amoghapasa ini tertulis pada alas arca yang tertanggal 22 Agustus 1286.

Amoghapasa adalah salah satu boddhisatwa perwujudan Lokeswara atau Awalokiteswara dalam kepercayaan Buddha Mahayana yang melambangkan sifat welas asih. Sebagaimana digambarkan dalam prasasti Padang Roco, arca ini diiringi empat belas pengikut Amoghapasa. Empat orang berdiri di kedua sisi dengan sikap tubuh menengadah sambil menghormat dan memuliakan Amoghapasa, sementara sepuluh lainnya duduk di atas padma melayang di latar belakang.

Pada bagian bawahnya terukir tujuh ratna berupa lambang-lambang buddhisme yaitu stupa, cakra, tara, boddhisatwa, kijang, dan gajah. Sayang sekali wajah dan lengan Amoghapasa ini telah rusak, demikian pula ukiran beberapa pengikutnya telah rusak.

Aksara yang digunakan pada bagian alas atau bawah arca ini adalah Jawa Kuno, bahasanya juga Jawa Kuno, kecuali di baris terakhir arca ini menggunakan bahasa Sanskerta yang isinya menyebutkan bahwa pada tanggal 1 śuklapakṣa (paro-terang) bulan Bhadrawada tahun 1208 Śaka (22 Agustus 1286), sebuah arca Amoghapāśa Lokeśwara dibawa dari Bhūmi Jāwa (pulau Jawa) ke Swarnabhūmi (pulau Sumatra) untuk ditempatkan di Dharmāśraya atas perintah Mahārājadhirāja Śrī Kĕrtanagara. Pemberian ini membuat rakyat di tanah Malāyu bergirang hati, terutama rajanya yang bernama Śrimat Tribhūwanarāja Mauliwarmadewa. Penempatan arca itu diiringi oleh empat orang pejabat kerajaan dari Jawa, ialah Rakryān Mahāmantri Dyah Adwayabrahma, Rakryān Sirikan Dyah Sugatabrahma, Samgat Payānan Haṅ Dipaṅkaradāsa dan Rakryān Dmuṅ Pu Wira (Soemadio (ed.), 1984:84).

Untuk bagian belakang arca ini terdapat tulisan yang disebut dengan prasasti Amoghapasa bertarikh 1346 Masehi yang ditulis dengan aksara Sumatra Kuno ( sedikit berbeda dari aksara jawa kuno) dan berbahasa sansekerta. Prasasti ini dikeluarkan oleh Sri Maharajadhiraja Adityawarman atau Srimat Sri Udayadityawarman, pada tahun 1269 Saka ( 1347 Masehi) yang menyatakan bahwa patung ini melambangkan dirinya dan secara garis besar berisi mengenai pembangunan kembali/restorasi bangunan suci yang rusak, pendirian sebuah arca Budha dengan nama Gaganagañja, nama lain Amoghapāśa, ritual yang ditujukan kepada tokoh raja sebagai Jina di sebuah bangunan suci budhis (Jinalaya). Kemudian menyebutkan kebajikan-kebajikan yang dilakukan oleh kepercayaan (umat) buddhis; memuji pengetahuan yang mendalam tentang latihan-latihan yoga dari Mahāyāna yang tidak ada akhirnya; pujian terhadap sepasang suami istri dewa-dewi Buddha Tantris (Mātaṅginīśa dengan Tārā) yang mempunyai sifat Buddha Mahayana,

walaupun lingkungan sekitarnya bersifat Śiwa. Berdasarkan uraian prasasti Amoghapasa dapat diketahui bahwa agama yang dianut oleh sang raja adalah Buddha Mahayana aliran Tantrayana.

Sejarah Prasasti dan Arca Amoghapasa

Saat ini Arca disimpan di Museum Nasional Indonesia di Jakarta dengan nomor inventaris D.198 untuk bagian prasasti dan 6469 untuk bagian arca (D.198-6469)


Sumber : 
https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/munas/prasasti-amoghapasa/
https://id.wikipedia.org/wiki/Arca_Amoghapasa
https://www.facebook.com/sejarahtanahmelayu

Post a Comment for "Sejarah Prasasti dan Arca Amoghapasa Hadiah dari Bhumi Jawa untuk Bhumi Melayu"