Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Sejarah Suku Baduy

Suku Baduy adalah suatu suku atau kelompok atau etnis masyarakat yang memegang teguh adat Sunda di wilayah Kabupaten Lebak, Banten. Mereka lebih suka menyebut dirinya sebagai urang Kanekes atau "orang Kanekes" sesuai dengan nama wilayah tempat mereka tinggal.



Bahasa yang digunakan suku Baduy adalah Bahasa Sunda yang berdialek a, namun untuk berkomunikasi dengan penduduk luar mereka lancar menggunakan Bahasa Indonesia, walaupun mereka tidak mendapatkan pengetahuan tersebut dari sekolah.

Secara garis besar, ada 4 versi berbeda mengenai asal mula sejarah Suku Baduy yaitu Versi penduduk setempat, Versi Ahli Sejarah, Versi Van Tricht dan Versi Prabu Siliwangi.

  • Sejarah Suku Baduy Versi Penduduk setempat

    Bahwa Suku Baduy atau Urang kanekes merupakan Keturunan dari Batara Cikal, yaitu salah satu dari tujuh dewa yang di turunkan ke bumi. Batara cikal sendiri memiliki peran untuk mengatur keseimbangan di bumi.

    Versi ini hampir sama persis dengan cerita yang di turunkan Nabi Adam, sebagai makhluk pertama dan memiliki tugas untuk mengelola bumi sehingga Suku baduy pun percaya bahwa mereka adalah keturunan Nabi Adam.

  • Sejarah Suku Baduy Versi Ahli Sejarah

    Bahwa dari temuan prasasti sejarah dan di telusuri pula melalui catatan para pelaut dari Portugis dan Tiongkok serta di hubungkan dengan cerita rakyat tentang Tatar Sunda sehingga dapat disimpulkan bahwa Suku Baduy atau Urang Kanekes memiliki kaitan dengan kerajaan Pajajaran.

    Kerajaan Pajajaran ada sekitar di abad ke-16. Pada saat dimana kerajaan atau kesultanan Banten belum berdiri, lalu wilayah ini kemudian masuk menjadi wilayah kesultanan Banten sehingga daerah ini sangat penting dan memiliki peranan yang signifikan. Saat masih menjadi bagian dari wilayah kerajaan Sunda pun Banten berfungsi sebagai pelabuhan yang memang terkenal besar pada saat itu.

    Jadi bisa di simpulkan bahwa sejarah suku Baduy adalah berasal dari pasukan yang di utus untuk bertugas melestarikan sungai Ciujung – gunung Kendeng. Pada masanya, suku baduy menutup identitas mereka terhadap orang luar. Karena di khawatirkan akan di ketahui oleh musuh-musuh kerajaan Pajajaran.

  • Sejarah Suku Baduy Versi Van Tricht

    Menurut Van Tricht ketika berkunjung ke Baduy di tahun 1982 yang kemudian mengadakan penelitian terkait kesehatan masyarakat disana bahwa masyarakat baduy terutama warga masyarakat suku baduy memiliki sifat yang menolak keras dan tidak bisa mengadopsi kebudayaan luar. Selain itu, menurutnya masyarakat baduy sangat mempertahankan kebudayaannya dan itu terbukti suku baduy masih sangat ketat untuk mempertahankan kebudayaan nenek moyang mereka.

    Masyarakat etnis Baduy merupakan penduduk asli wilayah tersebut dan sudah ada jauh sebelum hancurnya kerajaan Pajajaran. Jadi menurut Van Tricht, dahulunya raja yang bernama Rakeyan Darmasiksa berkuasa di wilayah tersebut dan memerintahkan masyarakat Baduy untuk menempati daerah Baduy dengan kewajiban memelihara kabuyutan (ajaran leluhur) sehingga ditetapkan sebagai daerah suci (mandala). Ajaran leluhur di daerah ini dikenal dengan nama Jati Sunda atau Sunda Wiwitan (Sunda asli), yang kemudian juga menjadi agama asli masyarakat Baduy.

    Pendapat Van tricht terkait sejarah suku baduy juga sejalan dengan pendapat Danasasmita dan Djatisunda (1986:4-5). Menurut dua ahli ini saat itu raja yang berkuasa di wilayah sekitar Baduy adalah Rakeyan Darmasiska, raja ini memerintahkan masyarakat Baduy yang memang sudah tinggal disana dari dahulu untuk memelihara Kabuyutan (tempat pemujaan nenek moyang) sehingga menjadikan kawasan tersebut sebagai “Mandala” atau kawaan suci.

  • Sejarah Suku Baduy Versi Prabu Siliwangi

    Bahwa ketika putra Prabu Siliwangi yang bernama Kian Santang yang dahulunya sudah memeluk Islam melalui Sayidina Ali di Mekkah. Ketika itu Kian Santang ingin mengislamkan sang Prabu beserta para pengikutnya, namun Prabu siliwangi mendapat wangsit melalui mimpi untuk menolak agama islam karena mereka berkeberatan masuk islam dan mereka menyebar ke penjuru sunda untuk tetap dalam keyakinannya sehingga membuat Sang Prabu Siliwangi pun pindah ke wilayah Rangkas bitung-Lebak untuk bersembunyi. Namun Kian santang tetap mengejar mereka kesana, sampai terjadi perang saudara.

    Sayangnya tidak banyak referensi tentang perang saudara tersebut. Yang jelas, Prabu Siliwangi kemudian berganti gelar menjadi Prabu Kencana Wungu. Prabu Kencana Wungu memilih untuk menetap di rangkasbitung bersama 40 pengikut setia dan sampai sekarang di kenal dengan masyarakat Baduy.

Sumber : 
http://wisatabanten.com/sejarah-suku-baduy/ 
http://www.alambudaya.com/2010/07/asal-usul-suku-baduykanekes-banten.html
http://sukubaduydalam2.blogspot.co.id/2012/11/sejarah-suku-baduy-dalam.html

Post a Comment for "Sejarah Suku Baduy"